Minggu, 19 Juni 2016

Tuhan Selalu Setia Menunggumu

Yehezkiel 33:11,
"Katakan kepada mereka, ‘Demi Aku yang hidup,' firman Tuhan YAHWEH, 'Aku tidak senang dengan kematian orang jahat, tetapi lebih kepada orang jahat itu berbalik dari jalannya dan hidup. Berbaliklah, berbaliklah dari jalan-jalanmu yang jahat. Sebab, mengapakah kamu harus mati, hai keturunan Israel?" (AYT).


Dua tahun yang lalu ( tahun 2014), saya diundang melayani sebuah keluarga di daerah Bintaro Tangerang Selatan untuk mendoakan sebuah keluarga yang sedang menghadapi suatu masalah. Selesai pelayanan itu, Roh Kudus di dalam saya sangat kuat sekali menuntun saya untuk menjenguk dan mendoakan suami seorang teman yang sedang terbaring sakit di Rumah Sakit Sari Asih Ciledug Tangerang.
Sayapun menelpon teman saya untuk memberitahukan bahwa saya akan datang menjenguk suaminya di rumah sakit. Teman saya mengatakan supaya saya tidak usah datang karena cuaca sedang hujan di sana, cukup mendoakan dari rumah saja pintanya. Dan memang di Bintaropun sedang hujan saat itu meskipun tidak deras.
Tetapi dorongan dari Tuhan begitu kuat supaya menjenguknya, maka sayapun taat dan tetap datang ke rumah sakit. Puji Tuhan meski naik kendaraan umum, saya membawa payung, sehingga bisa sampai ke rumah sakit walaupun sedikit kebasahan.
Sedikit informasi mengenai teman saya ini, beliau adalah seorang Chinese Kristen menikah dengan suaminya yang dahulu merupakan teman sekantor di sebuah Universitas Swasta Kristen di Jakarta. Sang suami berasal dari Jawa dan bukan Kristen. Singkat cerita akhirnya mereka menikah di catatan sipil, dengan keyakinan masing-masing.
Teman saya ini mau menikah karena menganggap bahwa dia dapat membawa suaminya menjadi Kristen saat berumah tangga nanti, mengingat sang suami mau bekerja di sebuah Yayasan Kristen. Tetapi ternyata perkiraannya meleset, suaminya tidak mau berubah keyakinan, bahkan anak satu-satunya mereka diharuskan oleh suaminya untuk mengikuti agama ayahnya.
Teman saya selalu membawa suami dan anaknya dalam doa supaya mereka dapat menerima anugerah keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus, dan saya termasuk teman yang setia untuk mendukungnya di dalam doa.
Kembali ke kisah awal, akhirnya sampailah saya ke rumah sakit. Disana saya bertemu dengan teman dan suaminya (Bapak B) yang terbaring sakit karena kadar gula yang sangat tinggi mencapai 600 mg/dL. Setelah sharing dengan teman saya, kemudian saya bertanya kepada suaminya apakah beliau mau didoakan menurut cara Kristen? Beliaupun mempersilakan dengan senang hati.
Saya mendoakan agar Bapak B. menerima anugerah keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus sehingga jiwanya dapat diselamatkan dan memperoleh hidup yang kekal. Selesai berdoa, tak henti-hentinya Bapak B mengucapkan terima kasih dan wajahnya berubah menjadi berseri-seri. Saat saya berpamitan pulang, beliau memegang tangan saya erat sekali, kemudian mengucapkan terima kasih dan melambaikan tangannya.
Setelah sampai di rumah, tak lama kemudian saya mendapat kabar dari teman saya itu melalui telepon bahwa suaminya telah dipanggil Tuhan.Kabar baiknya adalah bahwa satu-satunya orang yang mendoakan suaminya adalah saya (secara Kristen). Jadi tidak ada orang lain termasuk keluarga suaminya bahkan anaknya sendiri tidak sempat mendoakan sesuai dengan keyakinan mereka. Padahal teman saya ini sudah menelpon berkali-kali kepada anaknya agar datang ke RS di saat-saat terakhir ayahnya dan mendoakannya, tapi anaknya berhalangan untuk datang.
Melalui peristiwa ini, saya belajar bahwa doa yang kita naikkan kepada Tuhan, tidaklah sia-sia. Saya melihat kebaikan Tuhan dan kesetiaan Tuhan untuk menunggu pertobatan kita. Karena Tuhan tidak menghendaki seorangpun masuk ke dalam lautan api, yaitu neraka yang kekal. DIA menghendaki pertobatan kita. Dan segala perbuatan kita yang jahat dapat dihapuskan jika kita menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Kemarin tanggal 19 Juni 2016, saya disms oleh seorang sahabat dari Timika Papua, yang saya kenal melalui group Facebook Keluarga Kerajaan Surga (Kingdom of Heaven Ministry), beliau meminta supaya saya mendukung dalam doa ayah mertuanya yang sakit tua di Menado. Suaminya dan putra beliau sedang dalam perjalanan ke sana, tetapi teman saya sendiri tak bisa datang karena sedang menjaga kedua anak mereka yang lain, yang sedang dalam kondisi kurang sehat.
Sayapun kemudian menelpon ke Timika, dan kami berdoa melalui telpon supaya Bapa di Surga menjamah dan menyelamatkan jiwa ayah mertua teman saya ini. Melalui doa kami mematahkan setiap kuasa kegelapan dan ikatan yang menghalanginya untuk bisa mendapatkan keselamatan dari Tuhan Yesus dan pulang ke Rumah Bapa si Surga. Ayah mertua beliau ini berasal dari Bali dan belum Kristen, meskipun demikian saya melihat dan memperhitungkan iman dari sahabat saya ini, sesuai Firman Tuhan dalam Kisah Para Rasul 16: 31:
"Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu."
Tidak lama sesudah kami berdoa, saya mendapat sms dari Timika,"Bu, ayah mertua saya sudah berpulang semoga diterima di sisi Bapa di Surga, tidak lama sesudah Ibu doakan."
Begitu sukacita didalam roh saya ketika membaca sms ini. Jika saya sebagai hambaNYA begitu senang, saya bisa membayangkan betapa BAPA di Surga bahagianya menyambut anak-anaknya yang terhilang. Bahkan malaikat-malaikat di Surga bersorak-sorai menyambut mereka.


Jumat, 17 Juni 2016

Pray Until Something Happens

Lukas 18:7
"Tidakkah Elohim akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?"


Seorang laki-laki sedang tidur di pondoknya ketika kamarnya tiba-tiba menjadi terang, dan nampaklah Sang Juruselamat.
Tuhan berkata padanya bahwa ada pekerjaan yang harus dilakukannya. Lalu Tuhan menunjukkan padanya sebuah batu besar di depan pondoknya. Tuhan menjelaskan bahwa ia harus mendorong batu itu dengan seluruh kekuatannya.
Hal ini dikerjakan laki-laki itu setiap hari. Bertahun- tahun ia bekerja sejak matahari terbit sampai terbenam, pundaknya sering menjadi kaku menahan dingin, ia kelelahan karena mendorong dengan seluruh kemampuannya. Setiap malam laki-laki itu kembali ke kamarnya dengan sedih dan cemas, merasa bahwa sepanjang harinya kosong dan tersia-sia.
Ketika laki-laki itu mulai putus asa, si Iblispun mulai mengambil bagian untuk mengacaukan pikirannya "Sekian lama kau telah mendorong batu itu tetapi batu itu tidak bergeming. Apa kau ingin bunuh diri? Kau tidak akan pernah bisa memindahkannnya."
Lalu, ditunjukkannya pada laki-laki itu bahwa tugas itu sangat tidak masuk akal dan salah. Pikiran tersebut kemudian membuat laki-laki itu putus asa dan patah semangat.
"Mengapa aku harus bunuh diri seperti ini?" pikirnya.
"Aku akan menyisihkan waktuku, dengan sedikit usaha, dan itu akan cukup baik."
Dan itulah yang direncanakan, sampai suatu hari diputuskannya untuk berdoa dan membawa pikiran yang mengganggu itu kepada Tuhan.
"Tuhan," katanya "Aku telah bekerja keras sekian lama dan melayaniMu, dengan segenap kekuatanku melakukan apa yang Kau inginkan. Tetapi sampai sekarang aku tidak dapat menggerakkan batu itu setengah milimeterpun. Mengapa? Mengapa aku gagal?'
Tuhan mendengarnya dengan penuh perhatian,"Sahabatku, ketika aku memintamu untuk melayaniKu dan kau menyanggupi, Aku berkata bahwa tugasmu adalah mendorong batu itu dengan seluruh kekuatanmu seperti yang telah kau lakukan. Tapi tidak sekalipun Aku berkata bahwa kau mesti menggesernya. Tugasmu hanyalah mendorong. Dan kini kau datang padaKu dengan tenaga terkuras, berpikir bahwa kau telah gagal. tetapi apakah benar?
Lihatlah dirimu. Lenganmu kuat dan berotot, punggungmu tegap dan coklat, tanganmu keras karena tekanan terus- menerus, dan kakimu menjadi gempal dan kuat. Sebaliknya kau telah bertumbuh banyak dan kini kemampuanmu melebihi sebelumnya. Meski kau belum menggeser batu itu. Tetapi panggilanmu adalah menurut dan mendorong dan belajar untuk setia dan percaya akan hikmatKu. Ini yang kau telah selesaikan. Aku, sahabatmu, sekarang akan memindahkan batu itu."
Terkadang, ketika kita mendengar suara Tuhan, kita cenderung menggunakan pikiran kita untuk menganalisa keinginanNya, sesungguhnya apa yang Tuhan inginkan adalah hal-hal yang sangat sederhana agar menuruti dan setia kepadaNya....
Dengan kata lain, berlatih menggeser gunung-gunung, tetapi kita tahu bahwa Tuhan selalu ada dan Dialah yang dapat memindahkannya.

Ketika segala sesuatu kelihatan keliru.... lakukan P.U.S.H. (PUSH = dorong)
Ketika pekerjaanmu mulai menurun.... lakukan P.U.S.H.
Ketika orang-orang tidak berlaku seperti yang semestinya mereka lakukan.... lakukan P.U.S.H.
Ketika uangmu seperti "lenyap" dan tagihan-tagihan mulai harus dibayar.... lakukan P.U.S.H.
P. Pray
U. Until
S. Something
H. Happens
PUSH = Pray Until Something HAPPENS!! (Berdoalah sampai sesuatu terjadi)
Belajarlah memahami bahwa waktu kita bukanlah waktu Tuhan.
"Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!" (Mazmur 27:14).

Senin, 13 Juni 2016

Jangan Menghakimi!

Roma 2:1
“Karena itu, hai manusia, siapapun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama”
...





Suatu malam, seorang wanita sedang menunggu di bandara. Masih ada beberapa jam sebelum jadwal terbangnya tiba. Untuk membuang waktu, ia membeli buku dan sekantong kue di sebuah gerai toko di bandara, lalu menemukan tempat duduk.
Sambil duduk, wanita tersebut memakan kue sambil membaca buku yang baru dibelinya. Dalam keasyikannya, ia melihat lelaki di sebelahnya dengan begitu berani mengambil satu atau dua kue yg berada diantara mereka berdua.
Wanita tersebut mencoba mengabaikan agar tidak terjadi keributan. Ia membaca, mengunyah kue dan melihat jam. Sementara si “Pencuri Kue” yang pemberani itu menghabiskan persediaannya.
Ia makin kesal sementara menit-menit berlalu. Wanita itupun sempat berpikir: (“Kalau aku bukan orang baik, tentu sudah kutonjok dia !”).
Setiap ia mengambil satu kue, si lelaki itu juga mengambil satu. Ia menghela napas lega saat penerbangannya diumumkan, dan ia segera mengumpulkan barang-barang miliknya dan menuju pintu gerbang.
Ia naik pesawat dan duduk di kursinya, lalu mencari buku yang hampir selesai dibacanya. Saat ia merogoh tasnya, ia menahan napas karena kaget. Ternyata disitu ada kantong kuenya. Kok... milikku ada di sini, jadi kue tadi adalah milik siapa. Milik lelaki itu?
Ah, terlambat sudah untuk meminta maaf; ia tersandar dan sedih. Bahwa sesungguhnya akulah yang salah, tak tahu terima kasih dan akulah sesungguhnya sang pencuri kue itu; bukan dia!


Dalam hidup ini, kisah pencuri kue seperti tadi seringkali terjadi. Kita sering berprasangka dan melihat orang lain dengan kacamata kita sendiri, dan tak jarang kita berprasangka buruk.
Orang lainlah yang selalu salah, orang lain yang patut disingkirkan, orang lain yang tak tahu diri, orang lain yang berdosa, orang lain yang selalu bikin masalah.
Orang yang sangat keras pada orang lain biasanya memiliki banyak hal yang disembunyikan. Sebagai contoh, atasan yang paling keras menuduh terhadap bawahannya menjadi pencuri, biasanya seorang yang menyembunyikan kesalahan besar dalam bisnis. Pemimpin gereja yang paling menghakimi orang percaya yang terlibat dosa mungkin menyembunyikan dosanya sendiri.
Seseorang yang menyalahkan orang lain tapi sebenarnya lebih salah dari orang itu disebut munafik.Tuhan Yesus berkata, “Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu” (Injil Matius 7:5).
Seorang munafik adalah wanita yang berkata, “Jika suami saya lebih bertanggung jawab, pernikahan kita akan meningkat,” dimana dia sendiri tidak memenuhi tanggung jawabnya. Atau seorang pria yang berkata, “Kita bisa lebih bahagia jika istri saya belajar menghargai uang,” disaat dia baru membeli rokok 2 pak, atau satu set peralatan golf.
Seorang munafik adalah seorang yang berkata,”Gereja tidak memikirkan memenangkan jiwa,” dimana dia sendiri tidak membawa orang kepada Kristus. Atau “Gereja itu tidak peduli pada manusia,” dimana dia sendiri hampir tidak mungkin disuruh menolong orang lain.
Di dalam Alkitab banyak sekali ayat yang mengingakatn kita untuk tidak mudah menghakimi orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa menghakimi orang lain adalah dosa di hadapan Tuhan. Melalui renungan ini kita disadarkan agar tidak mudah duduk sebagai hakim terhadap saudara yang lain. Firman Tuhan dengan tegas menyatakan bahwa "Hanya ada satu Pembuat hukum dan Hakim, yaitu Dia yang berkuasa menyelamatkan dan membinaasakan. Tetapi siapakah engkau, sehingga engkau mau menghakimi sesamamu manusia?" (Yakobus 4:12).
Jika saat ini kita masih merasa sebagai orang yang paling benar dan menempatkan orang lain selalu menjadi terdakwa, segeralah bertobat sebelum semuanya terlambat, sebab "...dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Matius 7:2). Jika ada saudara kita yang lemah dan jatuh justru adalah kesempatan bagi kita untuk menunjukkan kasih dengan menolong dan menguatkan, sehingga dia segera bangkit dan dipulihkan. Jangan menjadi hakim dan malah menjatuhkan vonis.
Sebagai anak-anak Tuhan mari saling melengkapi, menjaga, mendukung, menopang dan menguatkan satu sama lain!


Minggu, 12 Juni 2016

KESAKSIAN ZULY SANGUINO

Kejadian 50:20 
“memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Elohim telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar”


Terlahir dengan kelainan genetik tanpa lengan dan kaki membuat hidup Zuly Sanguino pada awalnya menderita. Postur tubuhnya yang tidak tumbuh sempurna membuat dirinya menjadi sasaran bully (ejekan) di sekolah dengan menyebutnya alien. Dia kerap dikucilkan dan bahkan di usia 15 tahun, Zuly menjadi korban pemerkosaan. Kejadian itu akhirnya membuat dia merasa tidak pantas hidup.
Hanya ada satu niat dalam hatinya yaitu bunuh diri. Dia lalu naik ke lantai empat sebuah gedung dan bersiap untuk melompat. Tetapi sang ibu, Guillermina muncul tepat waktu saat dirinya bersiap untuk melompat. Zuly mulai menangis dan mengatakan bahwa dirinya begitu buruk dan hanya membuat sang ibu tidak bangga. Namun sang ibu segera memeluknya erat-erat dan mengatakan bahwa suatu hari nanti hidup Zuly tetap bisa bahagia sama seperti hidup orang normal lainnya. Sejak dari masa itulah Tuhan mengubah rencana putus asa itu menjadi sesuatu yang tak terpikirkan oleh Zuly sebelumnya.
“Aku merasa dia adalah malaikat, malaikat yang akan selalu ada di sisiku, dan aku bersyukur kepada Tuhan karena dia selalu ada ketika aku membutuhkannya,” tutur Zuly mengungkapkan betapa pentingnya sang ibu yang selalu mengasihinya apa adanya.
Dengan dorongan dan dukungan sang ibulah Zuly mulai bekerja keras membangun kepercayaan diri. Setelah mengalami kehidupan yang paling terendah, Zuly menyadari bahwa dia telah menghabiskan terlalu banyak waktu untuk fokus pada kekurangannya. “Aku tidak punya lengan dan kaki, tapi aku tidak akan membiarkan diriku terus menerus memikirkannya”.
Rancangan Tuhan kepada setiap orang memang selalu baik. Meski dalam kondisi cacat, Tuhan memberkati Zuly dengan bakat seni yang luar biasa. Dia mulai menggunakan mulutnya untuk melukis sejumlah karya yang begitu indah.


Di usia 18 tahun, gadis muda kelahiran Bogota, Columbia, negara yang tidak menyediakan bantuan dana bagi penyandang cacat ini lalu mulai sekolah seni. Tanpa diduga kesempatan besar lalu datang menghampirinya, dimana seorang pendeta gereja setempat mengajaknya bergabung menjadi seorang motivator bagi orang-orang. “Pertama kali aku tampil di hadapan 400 mahasiswa dan orang tua dengan membagikan topik tentang kekerasan di sekolah. Aku benar-benar gugup sampai-sampai ibu datang untuk memberikan dukungan. Tepat dipertengahan jalan, aku mulai menangis karena aku seolah menghidupkan kembali pengalaman pahit yang pernah aku alami. Semua orang mulai bertepuk tangan dan itu memberiku kekuatan untuk terus maju,” terangnya.
Zuly pun dipakai Tuhan semakin luar biasa. Saat ini dia sudah dipercayakan untuk berbicara di depan para pebisnis, kalangan di penjara dan sekolah. Dia membagikan kisah hidupnya bahwa kecacatannya itu bukan sebuah kegagalan. Melainkan melalui kekurangan itu, Tuhan memberikan dia karunia khusus untuk memberkati banyak orang. Tuhan sudah mengambil semua masa-masa kelam Zuly dan mengubahnya menjadi sesuatu yang baik.
Saat Zuly berusia 25 tahun, dia lalu menjual beberapa lukisannya dan menjadi pembicara di kampus untuk membantu keuangan keluarga. Dia tidak dibayar mahal untuk sesinya berbagi, tetapi tentu saja, dia tidak melakukan hal itu dengan motivasi untuk menghasilkan uang.
Pengaruh Zuly terhadap orang lain itu benar-benar nyata. Alasan terbesar baginya untuk bisa tersenyum seperti saat ini adalah karena cinta dan dukungan dari orang-orang. Dengan membagikan kisah hidupnya, Zuly tidak hanya menginspirasi orang lain tetapi juga mengubah hidup orang lain.
“Membantu orang lain membuatku bahagia. Satu anak diselamatkan dari pencobaan bunuh diri dengan pistolnya saat dia menyaksikan aku di sebuah acara TV. Dia menyadari bahwa dia harus berani dan memutuskan untuk tidak mengakhiri hidupnya. Dia menulis surat kepadaku dan kami sekarang menjadi teman baik. Aku mendapat banyak surat ucapan terima kasih karena mereka menganggap aku sudah membantu mereka melalui masa-masa sulit mereka,” terang Zuly.
Zuly sudah mampu mengatasi trauma pelecehan seksual yang dia alami dan saat ini dia bahkan memiliki kekasih. Dia berharap suatu hari nanti dia akan menikah dan memiliki anak. Dia juga memiliki cita-cita untuk terus berbagi kisah hidupnya kepada orang-orang di seluruh dunia dan membuka sebuah panti asuhan.


Iblis hanya memiliki tujuan untuk melemahkan kita dengan mencuri kemenangan kita. Tapi cerita Zuly ini merupakan bukti bahwa kita bisa bertahan dan tetap kuat. “Aku membuktikan kepada Anda bahwa kecacatan tidak seharusnya membuat Anda terpuruk. Aku sudah melalui masa-masa kelam itu dan sekarang aku sudah berada di tempat yang baik dan membawaku pada satu tujuan untuk menolong orang lain,” tandasnya.

Sumber: Jawaban.com

Bertekun sampai Berkemenangan

Ibrani 10:36
"Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Elohim, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu."



Alkisah ada seorang pemuda sedang berjalan-jalan di pantai. Secara tidak sengaja, ia melihat ada botol yang terapung karena terdorong oleh ombak. Pemuda itu segera menghampiri dan mengambil botol tersebut. Ternyata ada secarik kertas tua di dalam botol, ia pun segera membuka gabus penyumbat dan mengeluarkan kertas yang ada di dalamnya. “hmm…terlihat seperti peta harta karun. Tapi mana ada sih di jaman sekarang begini.” kata si pemuda tidak percaya. Ia pun mengembalikan kertas tua itu ke dalam botol, menyumbatnya kembali dengan gabus dan membuangnya jauh kembali ke laut.
Beberapa saat kemudian, botol itu akhirnya ditemukan oleh pemuda lainnya. Pemuda itu juga melakukan hal yang sama, ia mengambil botol itu, membuka penyumbatnya, dan meng
eluarkan peta harta karun itu. Pemuda ini cukup penasaran untuk membuktikan apa benar ini adalah peta menuju ke harta karun.
Ia mencoba berjalan menuju ke tempat yang ditunjukkan dalam peta tersebut, yaitu sekitar 30 meter ke tengah laut. Tetapi ketika tinggi air laut mencapai paha, ia pun memutuskan untuk berhenti. “Sepertinya ini jebakan, lebih baik aku tidak melanjutkan!” katanya. Pemuda itupun memutuskan untuk kembali ke pantai, dan membuang kembali botol yang berisi peta harta karun itu kembali ke laut.
Di kesempatan yang lain, ada pria dewasa yang menemukan botol tersebut terapung di air. Ia pun segera mengambil, membuka penyumbatnya, dan mengeluarkan peta harta karun itu. Setelah mempelajari isinya, pria itu pun mulai berimajinasi tentang banyaknya harta karun yang akan didapatkan ketika ia berhasil mengikuti petunjuk yang ada di dalam peta tersebut. “Hmm…peta ini cukup menjanjikan, aku akan mencoba mencari lokasinya!” katanya kepada diri sendiri. Pria itu kemudian menyewa perahu dan menuju ke tempat yang ditunjukkan dalam peta tersebut.
Setelah sampai di tempat yang ditunjukkan peta, pria itu pun menceburkan dirinya dan mulai melihat ke bawah air. Beberapa kali ia harus ke permukaan untuk menarik nafas dan mengusap matanya, kemudian ia menyelam kembali mencari sesuatu seperti yang ditunjukkan oleh peta harta karun itu. Dan ketika ia merasakan tubuhnya sudah mulai letih, juga matanya yang perih, akhirnya pria itu pun memutuskan untuk menyerah.
“Sulit sepertinya untuk memastikan kebenaran dari peta ini” katanya. Akhirnya peta itupun dimasukkan kembali ke dalam botol, ditutup, dan dibuangnya kembali ke laut.
Beberapa hari kemudian, ada pria dewasa lain yang menemukan botol itu terapung dekat dengan pantai. Pria itupun segera mengambil, membuka penyumbatnya, dan mengeluarkan peta harta karun itu. “Sepertinya hari ini adalah hari terbaikku! katanya semangat. Pria dewasa itupun mempelajari peta tersebut dengan seksama, lalu menyewa perahu dan menuju ke tempat yang ditunjukkan dalam peta tersebut.
Setelah sampai di tempat yang ditunjukkan peta, pria dewasa itu pun menceburkan dirinya dan mulai melihat ke bawah air. Ia menyelam mencari sesuatu seperti yang ditunjukkan oleh peta harta karun. Dan pada saat ia harus ke permukaan untuk menarik nafas dan mengusap matanya, ia pun berhenti sejenak, untuk memikirkan apa yang harus ia lakukan. Akhirnya ia memutuskan untuk kembali naik ke perahu, dan kembali ke daratan, untuk menyewa perlengkapan selam. Kemudian ia kembali menuju ke tempat harta karun itu berada, dan dengan perlengkapan selam lengkap, ia pun kembali menyelam.
Pria dewasa itu mulai menyisir sekitar lokasi yang ditunjukkan oleh peta. Tak lama ketika ia menyelam semakin dalam, ia melihat sebuah kotak yang agak tertutup pasir. Pria itu pun segera menuju ke arah kotak, dan ditariknya kotak itu keluar menuju ke perahu. Matanya berbinar-binar ketika melihat kotak tersebut ternyata penuh berisi emas dan berlian.


Untuk mencapai kesuksesan hidup, maka seseorang tidak boleh meninggalkan dua langkah yang penting, yaitu ketekunan dan kerja keras. Kesuksesan yang sejati atau bertahan lama tidak mungkin dicapai hanya dengan mimpi dan cara-cara yang licik. Kesuksesan sejati hanya kita dapatkan apabila yang kita lakukan adalah selaras dengan kehendak Tuhan dan bukan mencari keuntungan duniawi semata.
Firman Tuhan menegaskan bahwa apa pun jerih payah yang kita lakukan untuk Tuhan tidak akan pernah sia-sia!
Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia. (1 Korintus 15:58)
Karena jerih payah kita di dalam Tuhan Yesus Kristus tidak pernah sia-sia, kita didorong untuk tetap menghormati dan melayani Dia dalam segala hal yang kita lakukan.

Jumat, 10 Juni 2016

Firman Tuhan Membersihkan dan Menyegarkan Jiwa

Yohanes 15:1-8
"Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu."



Suatu hari Oma Ruth sedang menyambut cucu-cucunya pulang dari sekolah. Mereka adalah anak-anak muda - anak muda yang sangat cerdas dan sering menggoda nenek mereka. Kali ini, Izak mulai menggoda dia dengan berkata, "Oma, apakah Oma masih pergi ke gereja pada hari minggu?"
"Tentu!"
"Apa yang Oma peroleh dari gereja? Apakah Oma bisa memberitahu kami tentang Injil minggu lalu..?"
"Tidak, Oma sudah lupa. Oma hanya ingat bahwa Oma menyukainya."
"Lalu apa khotbah dari Bapak Pendeta?"
"Oma tidak ingat. Oma sudah semakin tua dan ingatan nenek melemah. Oma hanya ingat bahwa ia telah memberikan khotbah yang memberi kekuatan, Oma menyukai khotbah itu."
Izak menggoda, "Apa untungnya pergi ke gereja jika Oma tidak mendapatkan sesuatu dari-Nya?"
Oma Ruth terdiam oleh kata-kata itu dan ia duduk di sana termenung. Dan anak-anak lain tampak menjadi malu. Kemudian Oma berdiri dan keluar dari ruangan tempat mereka semua duduk, dan berkata, "Anak-anak, ayo ikut Oma ke dapur."
Ketika mereka tiba di dapur, dia mengambil tas rajutan dan memberikannya kepada Izak sambil berkata, "Bawalah ini ke mata air, dan isilah dengan air, lalu bawa kemari!"
"Oma, apa Oma tidak sedang melucu? Air di dalam tas rajutan....! Oma, apa ini bukan lelucon?" tanya Izak.
"Tidak.., lakukanlah seperti yang kuperintahkan. Saya ingin memperlihatkan kepadamu sesuatu."
Maka Izak berlari keluar dan dalam beberapa menit ia kembali dengan tas yang bertetes-tetesan air .. "Lihat Oma," katanya. "Tidak ada air di dalamnya."
"Benar," katanya. "Tapi lihatlah betapa bersihnya tas itu sekarang. Anak-anak, tidak pernah kamu ke gereja tanpa mendapatkan sesuatu yang baik, meskipun kamu tidak mengetahuinya."
Kondisi tubuh kita bisa kita jaga dengan menjaga pola makan, berolahraga atau kembali disegarkan dengan mengambil waktu-waktu beristirahat, bersantai atau berlibur, tetapi untuk menjaga kebugaran rohani kita butuh asupan firman Tuhan setiap hari.
Raja Daud dalam kitab Mazmur berkata:
" IA (TUHAN) membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku." Mazmur 23:2

"Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman." (Mazmur 19:8).

Jadi Firman Tuhan itu sungguh dapat membersihkan jiwa kita dari dosa dan pelanggaran sehingga jiwa kita menjadi segar dan dipenuhi oleh sukacita dan damai sejahtera.

Kamis, 09 Juni 2016

Hati yang Bersedia untuk Dibentuk

Yeremia 18:4
"Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya."


Alkisah ada sepasang kakek dan nenek pergi belanja di sebuah toko suvenir untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju kepada sebuah cangkir yang cantik. “Lihat cangkir itu,” kata si nenek kepada suaminya. “Kau benar, inilah cangkir tercantik yang pernah aku lihat,” ujar si kakek.
Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara “Terima kasih untuk perhatiannya, perlu diketahui bahwa aku dulunya tidak cantik. Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah seonggok tanah liat yang tidak berguna. Namun suatu hari ada seorang pengrajin dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar.
Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing. Stop ! Stop ! Aku berteriak, Tetapi orang itu berkata “belum !” lalu ia mulai menyodok dan meninjuku berulang-ulang. Stop! Stop ! teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih buruk lagi ia memasukkan aku ke dalam perapian. Panas ! Panas ! Teriakku dengan keras. Stop ! Cukup ! Teriakku lagi. Tapi orang ini berkata “belum !”
Akhirnya ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin. Aku pikir, selesailah penderitaanku. Oh ternyata belum. Setelah dingin aku diberikan kepada seorang wanita muda dan dan ia mulai mewarnai aku. Asapnya begitu memualkan. Stop ! Stop ! Aku berteriak.
Wanita itu berkata “belum !” Lalu ia memberikan aku kepada seorang pria dan ia memasukkan aku lagi ke perapian yang lebih panas dari sebelumnya! Tolong ! Hentikan penyiksaan ini ! Sambil menangis aku berteriak sekuat-kuatnya. Tapi orang ini tidak peduli dengan teriakanku.Ia terus membakarku. Setelah puas “menyiksaku” kini aku dibiarkan dingin.
Setelah benar-benar dingin, seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkan aku dekat kaca. Aku melihat diriku. Aku terkejut sekali. Aku hampir tidak percaya, karena di hadapanku berdiri sebuah cangkir yang begitu cantik. Semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna tatkala kulihat diriku.
Seperti bejana di tangan Sang Penjunan, Begitulah Tuhan memproses kita dan itu mungkin menyakitkan bagi daging kita. Tetapi apabila bejana sudah jadi, maka sungguh akan berharga nilainya.


Tuhan Yesus hanya butuh hati yang mau taat dan rela dibentuk untuk menjadi bejana yang indah di mataNya. Memang tidak mudah untuk hidup taat melakukan kehendak Tuhan, karena semua itu berlawanan dengan keinginan daging kita. Tetapi jika kita berjalan dalam pimpinan Roh Kudus, Dialah yang memberi kita kekuatan untuk melewati proses demi proses!

Rabu, 08 Juni 2016

Kuat Seperti Yesus

Efesus 6: 10
"Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya."


Seorang wanita yang baru saja menikah, datang pada ibunya dan mengeluh soal tingkah laku suaminya. Setelah pesta pernikahan, baru ia tahu karakter asli sang suami: keras kepala, suka bermalas-malasan, boros, dsb. 
Wanita muda itu berharap orangtuanya ikut menyalahkan suaminya. Namun betapa kagetnya dia karena ternyata ibunya diam saja. Bahkan sang ibu kemudian malah masuk ke dapur, sementara putrinya terus bercerita dan mengikutinya. Sang ibu lalu memasak air. Setelah sekian lama, air mendidih. Sang ibu menuangkan air panas mendidih itu ke dalam 3 gelas yang telah disiapkan.
Di gelas pertama ia masukkan TELUR. Di gelas kedua, ia masukkan WORTEL. Dan di gelas ketiga, ia masukkan KOPI.
Setelah menunggu beberapa saat, ia mengangkat isi ketiga gelas tadi, dan hasilnya:
WORTEL yang KERAS menjadi LUNAK,
TELUR yang mudah PECAH menjadi KERAS, dan
KOPI menghasilkan aroma yang HARUM.
Lalu sang ibu menjelaskan: “Nak, MASALAH DALAM HIDUP ITU BAGAIKAN AIR MENDIDIH. Namun, bagaimana sikap kitalah yang akan menentukan dampaknya.
Kita bisa menjadi:
Lembek seperti wortel. Mengeras seperti telur. Atau harum seperti kopi.
Jadi, wortel dan telur bukan mempengaruhi air … mereka malah berubah oleh air, sementara kopi malah mengubah air, membuatnya menjadi harum.”
Dalam tiap masalah, selalu tersimpan mutiara iman yang berharga. Sangat mudah untuk bersyukur saat keadaan baik-baik saja. Tapi apakah kita dapat tetap percaya saat pertolongan Tuhan seolah tidak kunjung datang?
Hari ini kita belajar ada 3 reaksi orang saat masalah datang. Ada yang menjadi lembek, suka mengeluh, dan mengasihani diri sendiri. Ada yang mengeras, marah dan berontak pada Tuhan. Ada juga yang justru semakin harum, menjadi semakin kuat dan percaya padaNYA.
Ada kalanya Tuhan sengaja menunda pertolonganNYA. Apa tujuannya??? 
Agar kita belajar percaya dan setia! Karena tidak pernah ada masalah yang tidak bisa Tuhan selesaikan.


Selasa, 07 Juni 2016

Memberi Tidak Membuat Kekurangan


Amsal 11:24
"Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan."

Alkisah ada seorang kaya memiliki 19 ekor kerbau dan 3 orang anak. Mendekati ajalnya, dia membagikan warisan kepada ketiga anaknya dengan pesan: 1/2 untuk anak pertama, 1/4 untuk anak kedua dan 1/5 untuk anak ketiga.

Setelah sang bapak meninggal, ketiga anaknya membagikan kerbau sesuai pesan ayah mereka. Tapi mereka menemukan keganjilan, bahwa masing-masing mereka akan mendapatkan bagian kerbau yang tidak utuh. Masing-masing tidak mau mengalah dan berusaha mendapatkan bagian utuh.

Terdengarlah kabar pertengkaran mereka oleh seorang bapak yang miskin yang hanya memiliki satu ekor kerbau. Akhirnya bapak tersebut menemui mereka, dan bersedia dengan ikhlas embantu mereka dengan memberikan kerbaunya supaya masing-masing mendapatkan bagian kerbau yang utuh.

Anak-anak itu setuju dan merekapun mulai membagi. Anak pertama mendapat 1/2 dari 20 yaitu 10 ekor, anak kedua mendapat 1/4 dari 20 yaitu 5 ekor dan anak yang bungsu mendapat 1/4 dari 20 yaitu 4 ekor.  Demikianlah mereka semua mendapatkan bagian yang utuh, dan totalnya adalah 10+5+4=19 jadi masih ada sisa 1 ekor dan dikembalikan kepada bapak yang tadi.

Ternyata dengan memberi, kita tidak akan kehilangan apa yang kita miliki. Jika kita diberkati, kita juga harus menjadi berkat bagi orang lain, jangan menahan berkat itu hanya untuk diri sendiri.


Amsal 11:25
"Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum."


Sabtu, 04 Juni 2016

Kita Harus Memberitakan Injil

Kesaksian: JOAN CORINNA




Saya seorang remaja berusia 15 tahun. Kegiatan saya sehari-hari adalah seorang pelajar dan hanya ke gereja setiap minggunya. Pada Sabtu, 12 Maret 2016, saya harus menjalankan operasi Sinusitis, Amandel dan Polip. Seminggu setelah operasi, secara medis luka bekas operasi saya sudah sembuh, namun yang saya rasakan adalah rasa sakit itu semakin parah karena obat melalui infus. Dalam beberapa hari rasa sakit itu reda, sehingga saya bisa pulang ke rumah.
Ketika kembali ke rumah, rasa sakit itu kembali lagi. Lebih sakit dari sebelumnya, sampai saya kembali ke rumah sakit, langsung ke ruang emergency, untuk penanganan medis. Karena kamar di rumah sakit tersebut penuh, maka saya mendapat kamar 'isolasi'.
Keesokan harinya, saya pindah kamar ke ruang biasa, pada sore hari. Lalu pada saat jam 5 rasa sakit itu kembali datang, dan saya hanya terbaring lemas. Sampai pukul 11 malam ketika itu saya tidak bisa melakukan aktivitas apa-apa, tidak bisa minum, tidak bisa makan. Mama saya hanya membasahkan mulut saya yang kering, tiba-tiba rasa sakit itu seperti terbakar, dan menjadi parah.

Dokter dan suster yang menangani saya bingung dan pasrah harus melakukan apa lagi, karena dosis obat untuk anti rasa sakit yang diberikan kepada saya sudah sangat tinggi. Sampai akhirnya saya merasa tidak kuat saya lemas dan saya merasa jiwa saya sudah tidak ditubuh saya lagi.
Saya berada di hutan pinus yang lebat, saya berdiri di sebuah pertigaan. Saya melihat ada Goa besar, lalu saya masuk ke dalam Goa tersebut. Di dalam Goa itu terdapat anak goa atau semacam lorong kiri dan kanan. Yang membedakan adalah Goa kiri tersebut gelap, sedangkan Goa kanan tersebut terang.
Lalu ada seorang pria dengan wajah Yahudi datang kepada saya dan berkata "Jangan Takut! ini aku Petrus, murid Yesus." Saya semakin bingung apa maksud dari pria ini. Lalu Petrus menuntun saya menuju Goa kanan yang terang itu. Disana terdapat 2 orang penjaga malaikat dengan jubah putih dan pedang di tangan mereka sehingga membentuh huruf 'X'.
"Jangan takut dia hanya titipan.", ucap Petrus kepada 2 orang malaikat itu. Akhirnya kedua malaikat itu memberikan saya jalan untuk masuk. Ketika saya masuk, jalanan tersebut berlapisi emas. Lalu Petrus membawa saya ke sebuah tempat yang terdapat seperti mimbar pendeta yang diatasnya terletak buku yang berlapisi emas sampai ke kertas dalamnya.
"Cari namamu di buku itu!' ucapnya, jujur saya kebingungan mencari nama saya karena banyak nama yang mirip seperti "Joan Corrina, Joana Corrinna" dan sebagainya, dan saya harus mencari nama yang benar-benar milik saya.
Setelah saya menemukan nama itu, Petrus memberikan garis bawah di nama saya. Menggunakan pena dari bulu burung merpati. Setelah itu saya dibawa masuk kedalam suatu tempat terlihat seperti desa yang sejuk dan indah.
Ketika saya masuk, badan saya terasa ringan, seperti semua beban di pundak saya telah hilang. Yang saya lihat disana adalah, setiap rumah memiliki inisial pemilik mereka. 'JC'. Lalu disana hanya terdapat 1 ruangan saja. Setiap individu memiliki 1 rumah masing-masing.
Sampai akhirnya, ada seorang anak seperti berusia 2 tahun datang kepada saya dan menarik jubah putih saya (Saat itu saya baru menyadari bahwa saya memakai jubah putih). "Hi Aunty! Aunty apa kabar? Kok Aunty ada disini?", ucap anak kecil itu sambil menarik jubah putih saya.
"Kamu siapa?", tanya saya. "Aku Hans, anaknya bunda Okta. Aunty aku denger aku punya adek lagi ya? Aunty jagain Bunda sama Kakak sama Adek ya, titip salam sama Bunda. Aunty jangan pulang dulu. Kasian di dunia mereka, butuh Aunty. Masih banyak yang sayang sama Aunty!", ucapnya sambil pergi bersama teman-temannya.
Saya disitu sadar jika saya berada di Surga karena anak kecil itu adalah anak kakak saya yang keguguran pada usia kandungan 6 bulan. Saya disitu hanya bisa menangis. Karena saya sudah berada di rumah Bapa. Lalu Petrus mengajak saya ke sebuah bangunan yang terdapat pondasi saja. "Ini rumah kamu, masih 15% itu tandanya belum saatnya kamu pulang kesini."
Petrus langsung megajak saya ke ujung jalan dimana terdapat istana megah dan indah. Lalu, ketika saya berjalan di jembatan terdengar suara "Akulah jalan kebenaran, tidak ada seorang pun yang dapat ke rumah Bapa, kalau tidak melalui Aku!" (Yohanes 14:6)
Lalu saya sampai di sebuah ruangan, dimana terdapat 1 buah kursi kosong. "Tunggu disini", ucapnya sambil pergi meninggalkan saya. Saya hanya duduk di kursi kosong tersebut, lalu saya melihat seperti sorotan lampu datang kepada saya.
Semakin lama semakin mendekat, saya menyadari itu adalah Tuhan Yesus. Saya berlari lalu memeluk Tuhan sambil menangis. Saya menceritakan segala pergumulan saya kepada Tuhan. "Aku ga mau balik kedunia, disana terlalu jahat. Disini aja enak nyaman, aku ga mau balik kesana.", ucap saya. Tuhan menjawab "Anak-Ku, Aku kuat maka engkau juga harus kuat." Lalu Tuhan Yesus membawa saya pergi mengelilingi surga. "Disini rumah dibangun melalui iman. Semakin dalam iman kamu ke Aku, maka semakin cepat rumah ini jadi", ucap-Nya (Wahyu 22: 1-17).
Hingga akhirnya saya berada di sebuah jurang, dimana ketika saya melihat kebawah terdapat banyak lautan manusia yang sudah hancur, dan disiksa. "Yesus! Tolong Saya!" "Yesus Maafkan Saya!" itulah teriakan mereka. Saya melihat Tuhan Yesus sedih dengan apa yang terjadi pada mereka semua.
Lalu saya mencium bau yang sangat busuk dan anyir, saya menyadari Tuhan Yesus tidak lagi di samping saya. Lalu semuanya berubah menjadi hutan pinus kembali, disitu saya bertemu dengan seorang lelaki yang gagah, sangat tampan.
"Kamu kalo takut kesana, ke tempat aku aja! Tempat aku enak, ga jauh dari dunia kok, disana tenang, enak, nyaman!", ucapnya sambil berjalan mendahului saya. Ketika dia berjalan, saya melihat di belakang tubuhnya terdapat ekor yang panjang.
"Lucifer", ucap saya tiba-tiba. Dia langsung memegang tangan saya lalu berubah menjadi seram sangat seram. Keadaan berubah kembali, saya berada di sebuah jurang yang sama namun ketika itu Lucifer berada di belakang saya, sehinga ia akan mendorong saya, karena selangkah lagi saya akan masuk kedalam neraka itu.
Suhu disana sangat panas, seperti terbakar. Bau busuk dan menyengat dimana-mana. Lalu Petrus menarik tangan saya. "Dia milikku", ucap Petrus sambil menarik tangan kiri saya. "Tidak! Dia milikku!", ucap Lucifer sambil menarik tangan kanan saya. Ketika saya melihat ke belakang, saya melihat badan saya berada di rumah sakit dan kedua orang tua saya sedang berdoa dan menangis.
"Jawab saya! Siapa yang kamu percaya?!", teriak Petrus. Saya berteriak sambil menutup mata "JESUS! I BELIEVED YOU!" lalu keadaan berubah, saya berada dipelukan Tuhan Yesus, sambil menangis.
Lalu saya merasa saya menyatu dengan badan saya kembali. Saya mendapat penglihatan seperti layaknya film, mengenai kegiatan, aktivitas, dosa, apa yang telah saya perbuat dari bayi sampai besar.
Tidak sampai disitu, 2 hari berturut-turut saya dibawa kembali ke awan-awan, yang saya lihat adalah saya berada di tengah-tengah para malaikat. Lalu saya melihat sebuah pagar emas surga. Ketika saya naik ke pagar itu, terdapat suara "Pulanglah ke dunia! Belum waktunya kau disini!", ucap suara itu.
Lalu saya dibawa pergi oleh bayangan hitam melihat bagaimana indahnya dunia. Sambil mengajak saya mengikuti dunia. Sampai akhirnya pendeta saya datang pada jam 2 pagi, dan berdoa di kamar rawat inap tersebut. Saya merasa bebas disitu.
Jujur setelah kejadian ini saya didatangi 2x oleh 2 malaikat dengan berkata : "Kamu tahu tugas kamu di dunia ini apa?", ucap mereka. "Tugas kamu bukan stress karena dunia! Melainkan tugasmu adalah menjadi pelayan Tuhan! Kamu harus memberitakan injil ini, memberitakan apa yang sudah kamu dapat ke seluruh dunia. Setelah itu kamu kembali lagi kesana (surga). Ingat! Waktunya sudah sangat dekat!", ucap mereka.
Sejak saat itu saya sadar, dan memohon bantuan Tuhan untuk memberitakan injil ini. Lalu saya bertekad untuk membagi pengalaman saya kepada kita semua. Tugas saya hanya memberitakan kebenaran ini, biarlah Roh Kudus bekerja bagi kita semua. Terima Kasih. Tuhan Yesus memberkati.
Matius 28:19-20
"Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."


Sumber : Timotius

Kamis, 02 Juni 2016

Kisah Sekuntum Bunga Putih



"Betapa banyak perbuatan-Mu, ya TUHAN, sekaliannya Kaujadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu." Mazmur 104:24
Segala sesuatu yang ada di atas muka bumi ini tidak terjadi secara kebetulan dan bukan sekedar rangkaian kejadian atau peristiwa, tetapi semua ada dalam kendali Tuhan, sesuai dengan kehendak dan rencana-Nya.
Alkisah tumbuhlah sebatang pohon di antara tanah yang penuh dengan semak duri. Ia tumbuh dengan indah sampai suatu saat muncullah sekuntum bunga putih di pucuknya.
Pohon-pohon semak duri heran akan bentuk bunga putih yang berbeda dengan yang lainnya. Para semak duri lalu memandangnya dengan sinis dan tidak pernah memandang sang  bunga putih dengan bersahabat, sehingga si bunga putih pun merasa bahwa ialah yang paling buruk karena ia memiliki bentuk yang paling berbeda di antara semak-semak duri tersebut.
Waktu pun berlalu, sang bunga putih tak pernah merasa bahagia.. bahkan ia sering bertanya kepada kupu-kupu yang senang bermain dengannya: "Mengapa aku harus tumbuh berbeda dengan yang lainnya? Mengapa aku terlihat begitu buruk dibandingkan yang lain ?"
Kupu-kupu menjawab: ”Kau tidak buruk, bunga putih. Hal yang membuatmu merasa buruk adalah karena dirimu terlihat berbeda dengan yang lainnya. Justru kau adalah bunga yang terindah yang pernah kutemui, bunga putih.”
Bunga putih pun terkejut :”Apa maksudmu, kupu-kupu ?”
Kupu-kupu lalu menjawab: "Tahukah dirimu, bunga putih.. bunga sepertimu adalah bunga yang cantik dan terindah, karena di tengah-tengah tanah yang penuh dengan semak duri kau tumbuh dengan anggunnya.. dan bahkan, bagiku kau adalah penolongku, karena ketika aku lapar, di tengah-tengah tempat yang sepertinya tidak ada harapan untuk mencari madu dari bunga, kau ada untuk menyediakan madu sehingga aku tidak kelaparan.. Bunga putih, bunga sepertimu yang tumbuh diantara semak duri sesungguhnya adalah bunga yang cantik dan terindah, karena kau menunjukkan bahwa masih ada harapan di tengah tanah yang penuh semak duri."
Bunga putih pun sadar,dan pada akhirnya ia bersyukur atas keadaan dirinya.
Terkadang kita seperti bunga putih diatas. Kita seringkali kecewa dan merasa buruk atau tertekan karena berbeda dengan orang lain yang berada di lingkungan sekitar kita.
Kita seringkali tak menyadari bahwa ketika kita berbeda dengan yang lainnya,Tuhan memiliki rencana yang besar di dalam hidup kita..yaitu untuk menjadikan hidup kita menjadi hidup yang memberikan harapan bagi orang lain yang membutuhkan.
Jagat raya dan semua yang ada di dalamnya diciptakan Tuhan dengan suatu maksud yang indah, karena Dia adalah arsitek Mahadahsyat yang tiada tandingannya dalam merancang dan mencipta. Alam semesta dan cakrawala Tuhan ciptakan dengan penuh semarak dan demikian indahnya, dan Ia pun puas melihat hasil karya-Nya itu. "Maka Elohim melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik." (Kejadian 1:31a).
Terlebih-lebih diciptakan-Nya manusia menurut rupa dan gambar-Nya sendiri. Hal itu menunjukkan bahwa Tuhan menaruh tangan-Nya atas kita, mengukir dan membentuk kita sesuai rencana-Nya yang sempurna, sesuai dengan sifat-Nya yang Mahasempurna.
Marilah kita bersyukur seperti Daud yang berkata, "Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah; mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya." (Mazmur 139:14-16).
Rancangan Tuhan atas hidup kita selalu baik adanya, karena itu senantiasalah mengucap syukur!


Promosi Tuhan dan Kerendahan Hati

.

Filipi 2:8-11 “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Elohim sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: ‘Yesus Kristus adalah Tuhan,’ bagi kemuliaan Elohim, Bapa!”

Ayat diatas menunjukkan kepada kita bagaimana kerendahan hati mendahului kehormatan.
Supaya perkenanan dan rencana Tuhan dapat bekerja dalam hidup kita, syarat utamanya kita harus berjalan dalam kerendahan hati. Hal ini merupakan persyaratan bagi kita untuk lulus ujian kerendahan hati. Seperti yang kita lihat di sini, karena Yesus merendahkan diri-Nya, Elohim sangat meninggikan Dia. Dan pada saat itu, tidak ada setan di neraka bisa melakukan apapun untuk mencegahnya.
Ketika Tuhan mempromosikan Anda, tidak ada orang, tidak ada setan, tidak ada sistem apapun yang dapat menghambat Anda.
Kuasa Tuhan yang mempromosikan itu tidak dapat ditolak. Tidak bisa dipungkiri, dan tak terkalahkan.Tetapi sikap yang rendah hati harus ada terlebih dahulu. Sering dikatakan bahwa tidak ada seorangpun berdiri lebih tinggi daripada saat dia berlutut di hadapan Tuhan.
Mari kita merendahkan hati dan taat kepada Tuhan dalam setiap area kehidupan kita. Jika kita merendahkan diri kita di hadapan-Nya, Tuhan akan mengangkat kita. Pekerjaan Tuhan adalah untuk mempromosikan kita, dan tugas kita adalah untuk memiliki sikap yang rendah hati di hadapan-Nya. Promosi adalah bagian Tuhan dan pekerjaan Tuhan bagi orang-orang percaya.
Sikap yang rendah hati membuka jalan bagi promosi dari Tuhan dalam hidup kita.


"Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan; dan hanya Tuhan sajalah yang maha tinggi pada hari itu." (Yesaya 2:11).
"Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati." (Mazmur 25:9).