Minggu, 12 Juni 2016

KESAKSIAN ZULY SANGUINO

Kejadian 50:20 
“memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Elohim telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar”


Terlahir dengan kelainan genetik tanpa lengan dan kaki membuat hidup Zuly Sanguino pada awalnya menderita. Postur tubuhnya yang tidak tumbuh sempurna membuat dirinya menjadi sasaran bully (ejekan) di sekolah dengan menyebutnya alien. Dia kerap dikucilkan dan bahkan di usia 15 tahun, Zuly menjadi korban pemerkosaan. Kejadian itu akhirnya membuat dia merasa tidak pantas hidup.
Hanya ada satu niat dalam hatinya yaitu bunuh diri. Dia lalu naik ke lantai empat sebuah gedung dan bersiap untuk melompat. Tetapi sang ibu, Guillermina muncul tepat waktu saat dirinya bersiap untuk melompat. Zuly mulai menangis dan mengatakan bahwa dirinya begitu buruk dan hanya membuat sang ibu tidak bangga. Namun sang ibu segera memeluknya erat-erat dan mengatakan bahwa suatu hari nanti hidup Zuly tetap bisa bahagia sama seperti hidup orang normal lainnya. Sejak dari masa itulah Tuhan mengubah rencana putus asa itu menjadi sesuatu yang tak terpikirkan oleh Zuly sebelumnya.
“Aku merasa dia adalah malaikat, malaikat yang akan selalu ada di sisiku, dan aku bersyukur kepada Tuhan karena dia selalu ada ketika aku membutuhkannya,” tutur Zuly mengungkapkan betapa pentingnya sang ibu yang selalu mengasihinya apa adanya.
Dengan dorongan dan dukungan sang ibulah Zuly mulai bekerja keras membangun kepercayaan diri. Setelah mengalami kehidupan yang paling terendah, Zuly menyadari bahwa dia telah menghabiskan terlalu banyak waktu untuk fokus pada kekurangannya. “Aku tidak punya lengan dan kaki, tapi aku tidak akan membiarkan diriku terus menerus memikirkannya”.
Rancangan Tuhan kepada setiap orang memang selalu baik. Meski dalam kondisi cacat, Tuhan memberkati Zuly dengan bakat seni yang luar biasa. Dia mulai menggunakan mulutnya untuk melukis sejumlah karya yang begitu indah.


Di usia 18 tahun, gadis muda kelahiran Bogota, Columbia, negara yang tidak menyediakan bantuan dana bagi penyandang cacat ini lalu mulai sekolah seni. Tanpa diduga kesempatan besar lalu datang menghampirinya, dimana seorang pendeta gereja setempat mengajaknya bergabung menjadi seorang motivator bagi orang-orang. “Pertama kali aku tampil di hadapan 400 mahasiswa dan orang tua dengan membagikan topik tentang kekerasan di sekolah. Aku benar-benar gugup sampai-sampai ibu datang untuk memberikan dukungan. Tepat dipertengahan jalan, aku mulai menangis karena aku seolah menghidupkan kembali pengalaman pahit yang pernah aku alami. Semua orang mulai bertepuk tangan dan itu memberiku kekuatan untuk terus maju,” terangnya.
Zuly pun dipakai Tuhan semakin luar biasa. Saat ini dia sudah dipercayakan untuk berbicara di depan para pebisnis, kalangan di penjara dan sekolah. Dia membagikan kisah hidupnya bahwa kecacatannya itu bukan sebuah kegagalan. Melainkan melalui kekurangan itu, Tuhan memberikan dia karunia khusus untuk memberkati banyak orang. Tuhan sudah mengambil semua masa-masa kelam Zuly dan mengubahnya menjadi sesuatu yang baik.
Saat Zuly berusia 25 tahun, dia lalu menjual beberapa lukisannya dan menjadi pembicara di kampus untuk membantu keuangan keluarga. Dia tidak dibayar mahal untuk sesinya berbagi, tetapi tentu saja, dia tidak melakukan hal itu dengan motivasi untuk menghasilkan uang.
Pengaruh Zuly terhadap orang lain itu benar-benar nyata. Alasan terbesar baginya untuk bisa tersenyum seperti saat ini adalah karena cinta dan dukungan dari orang-orang. Dengan membagikan kisah hidupnya, Zuly tidak hanya menginspirasi orang lain tetapi juga mengubah hidup orang lain.
“Membantu orang lain membuatku bahagia. Satu anak diselamatkan dari pencobaan bunuh diri dengan pistolnya saat dia menyaksikan aku di sebuah acara TV. Dia menyadari bahwa dia harus berani dan memutuskan untuk tidak mengakhiri hidupnya. Dia menulis surat kepadaku dan kami sekarang menjadi teman baik. Aku mendapat banyak surat ucapan terima kasih karena mereka menganggap aku sudah membantu mereka melalui masa-masa sulit mereka,” terang Zuly.
Zuly sudah mampu mengatasi trauma pelecehan seksual yang dia alami dan saat ini dia bahkan memiliki kekasih. Dia berharap suatu hari nanti dia akan menikah dan memiliki anak. Dia juga memiliki cita-cita untuk terus berbagi kisah hidupnya kepada orang-orang di seluruh dunia dan membuka sebuah panti asuhan.


Iblis hanya memiliki tujuan untuk melemahkan kita dengan mencuri kemenangan kita. Tapi cerita Zuly ini merupakan bukti bahwa kita bisa bertahan dan tetap kuat. “Aku membuktikan kepada Anda bahwa kecacatan tidak seharusnya membuat Anda terpuruk. Aku sudah melalui masa-masa kelam itu dan sekarang aku sudah berada di tempat yang baik dan membawaku pada satu tujuan untuk menolong orang lain,” tandasnya.

Sumber: Jawaban.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar